Pernikahan dengan Adat Jawa
Budaya tanah Jawa masih menyimpan
sejuta keindahan dan keagungan yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Hal ini bisa dilihat dalam upacara pernikahan yang penuh makna dan unik.
Beragam tradisi dan tata cara pernikahan menjadi bagian dari adat masing-masing
wilayah. Berikut prosesi pernikahan adat Jawa Solo yang umum dilakukan oleh
masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, yang kami paparkan dalam 5 babak.
Teks: Ratri Suyani
BABAK I (PEMBICARAAN)
Tahapan ini intinya mencakup
tahap pembicaraan pertama sampai tingkat melamar.
a. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus
untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan
yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan status calon
mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.
b. Salar
Jawaban pada acara Congkog akan
ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta
yang pertama atau orang lain.
c. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan
oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar
beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita
untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat
membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari
si calon menantu.
d. Nglamar
Utusan dari orangtua calon
mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya
sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian
upacara pernikahan.
BABAK II (TAHAP KESAKSIAN)
Setelah melalui tahapan
pembicaraan, dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang disaksikan pihak
ketiga, seperti kerabat, tetangga, atau sesepuh.
a. Srah-srahan
Penyerahan seperangkat
perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai
dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di
luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita,
perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan
pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh
kedua calon mempelai.
c. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah
uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin wanita.
d. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu
dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada
pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima
kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
e. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan
resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari,
tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
BABAK III (TAHAP SIAGA)
Pembentukan panitia dan pelaksana
kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.
a. Sedhahan
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia
hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan.
Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA.
Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberitahukan dan
melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan
yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.
a. Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan
ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau
daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di sisi tratag
serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila
ingin dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian
makanan nasi uduk, nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru
Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda ini biasa menghiasi
panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar mayang dan
upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di
perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal
muasalnya.
c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang
melambangkan isi alam semesta dan memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa
dipasang di pintu masuk tempat duduk pengantin atau tempat pernikahan.
Upacara Siraman mengandung arti
memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat membersihkan diri agar
menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara lain; calon
mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria
dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua,
dan orang lain yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi oleh
bapak ibunya sambil berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah
pamore anakku wadon" dan kendi kosongnya dipecahkan ke lantai.
e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara
jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita yang dipayungi oleh
ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir, yang menggunakan
pecahan genting sebagai uang.
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut
halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan wajahnya bercahaya,
kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan harapan
kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti
menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari. Orangtua pengantin
perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia
akan menjadi tanggung jawab sang suami.
h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon
berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul dan akad nikah.
i. Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan
dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta pengiringnya. Dalam
acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan
besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak
saudara terdekat di tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang
dilangkahi, acara penting lainnya yaitu pemberian restu dan hadiah yang
disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.
BABAK V (PUNCAK ACARA)
Puncak dari rangkaian acara dan
merupakan inti acara.
a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada
puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan pihak penghulu dari
KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka kedua
mempelai resmi menjadi suami istri.
b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai,
kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
Liron kembar mayang atau saling
menukar kembang mayang dengan makna dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan
karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.
Gantal atau lempar sirih dengan
harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan itu.
Ngidak endhog atau pengantin
pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci kakinya oleh
pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
Minum air degan (air buah
kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan dilanjutkan
dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat
berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.
Masuk ke pasangan bermakna
pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
Sindur yaitu menyampirkan kain
(sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan
dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap menghadapi tantangan hidup.
Setelah upacara panggih, kedua
mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara pun dilanjutkan.
Timbangan atau kedua pengantin
duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol sang ayah mengukur
keseimbangan masing-masing pengantin.
Kacar-kucur dijalankan dengan
cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada pengantin perempuan berupa
uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria bertanggung jawab
memberi nafkah kepada keluarga.
Dulangan atau kedua pengantin
saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan laki-laki dan
perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain, yaitu tutur adilinuwih
(seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng.
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga
yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi
harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.
d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan,
punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari Tumplek Punjen yaitu
lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini dilaksanakan bagi
orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah menikah.
e. Sungkeman
f. Kirab
adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk
berganti busana.
Sumber: Tata Upacara Pengantin
Adat Jawa oleh Drs. HR. Sumarsono
0 komentar: